Selasa, 29 September 2009

Psikologi Kepribadian

Nama : Theodora Sihite

No Peserta : 16/08/09

Mata Kuliah : Psikologi Kepribadian


Psikologi Analisis Carl Gustav Jung

( 1875-1961)

Dikenal mengembangkan Analytical Psychology. Sebagai murid Freud, Jung juga mengajukan keberatan terhadap beberapa konsep utama Freud yang menyebabkan hubungan keduanya renggang dan retak. Perbedaan utama Jung dan Freud terletak pada pandangan mereka tentang ketidaksadaran. Meskipun keduanya sama-sama menekankan ketidaksadaran sebagai penentu perilaku manusia (bahkan Jung lebih kuat dalam hal ini), tapi mereka berbeda posisi tentang asal ketidaksadaran ini. Freud mengatakan bahwa unsur seksual adalah faktor utama dan dominan dalam ketidaksadaran sementara Jung sangat tidak setuju dgn pandangan ini dan menyatakan bahwa sumber ketidaksadaran adalah warisan dari nenek moyang sehingga sifatnya sosial dan tergantung kelompok ras.

1. Jung & Freud

Untuk bisa memahami teori Jung secara lebih baik, adalah penting untuk juga mengetahui bagaimana hubungannya dengan Freud. Jung mengawali pekerjaannya sebagai seorang psikiatris dan menulis teori-teori psikologi tentang orang dewasa. Sekitar enam tahun kebersamaannya dengan Freud adalah merupakan tahun-tahun yang penting bagi perkembangan intelektual dan professional Jung, dan hal ini tidak pernah disangkal oleh Jung. Baik Freud dan Jung adalah dokter yang berangkat dari titik yang sama : observasi terhadap data. Freud berkeinginan kuat untuk sampai pada satu teori komprehensif yang dapat menjawab atau menjelaskan semua data yang ada dan yang akan ada (sebagaimana teori gravitasi dalam fisika). Sedangkan Jung melihat fenomena psikologis sebagai sesuatu yang berbeda dari fenomena fisika dan oleh karenanya membutuhkan kerangka teoretik yang mampu beradaptasi dan fleksible dengan memperhitungkan keragaman pengalaman (perilaku) manusia yang tidak terbatas.

Hasilnya adalah dua kerangka teoretik yang memiliki aroma yang sangat berbeda. Teori Freud dikembangkan sebagai sesuatu yang lebih pasti dan spesifik dan oleh karenanya bersifat kaku. Sedangkan Jung adalah lebih terbuka untuk kemungkinan-kemungkinan baru dan mudah dimodifikasi akibatnya adalah bersifat agak kabur (vague). Freud lebih cenderung untuk langsung sampai pada kesimpulan, dan menekankan pada sistem tertutup (closed system) mengandaikan bahwa tidak ada lagi hal baru yang perlu dan bisa dipelajari tentang perilaku dan pengalaman manusia. Banyak orang kemudian menganggap bahwa teori Freud adalah dogmatis. Jung terus menerus menganjurkan pengujian terhadap hipotesis yang ia ajukan, dan dia berkeyakinan bahwa psikologi sebagai ilmu masih pada taraf mengumpulkan dan mengolah data, belum sampai pada titik akhir untuk menarik kesimpulan. Karena Jung mengikutsertakan begitu banyak data yang cukup sulit untuk diamati dan direplikasi, orang sering menjulukinya sebagai mystical. Kreativitas Freud berfokus pada penggambaran Struktur Alam Pikiran, sedangkan Jung pada pemahaman suatu dimensi Alam Bawah Sadar di luar Kesadaran individu berikut segala isinya. Dalam usahanya untuk memahami Stuktur Alam Pikiran, Freud berhipotesis bahwa Alam Bawah Sadar terbentuk seluruhnya dari isi (pengalaman) individual. Sedangkan Jung menganggap bahwa Alam Bawah Sadar terbentuk hanya sebagian oleh pengalaman individual, termasuk di dalamnya isi Archetypal yang dibentuk di luar realitas pengalaman individual. Bagi Freud, Alam Bawah Sadar adalah bersifat patologis, sedangkan bagi Jung alam bawah sadar itu sehat, bahkan cenderung kreatif sekalipun ada juga unsur patologisnya. Minat terhadap Alam Bawah Sadar telah menyatukan dua tokoh besar mazhab Psikoanalis ini, namun perbedaan dalam konsep atau cara pendekatanlah yang akhirnya memisahkan keduanya.

  1. Teori Kepribadian Jung

Teori Jung tentang kepribadian secara garis besar dapat dibedakan antara Psyche yang Tampak (Visible Psyche) dan Bawah Sadar (Unconscious). Psyche adalah merupakan gabungan atau jumlah dari keseluruhan isi mental, emosional dan spiritual seseorang. Karena merupakan gabungan dari sejumlah unsure, kita sering mendapati bahwa Psyche kita menunjukkan atau tampak sebagai sesuatu yang kontradiktif atau bertentangan. Untuk memahami bagaimana dan mengapa itu dapat terjadi, kita akan mulai pembahasan dari bagian yang sudah kita kenal atau ketahui, dan juga sebagaimana dikenal oleh dunia (di) luar (diri kita).

2.1 Psyche yang Tampak ( VisibLe Psyche )

2.1.1 PERSONA

Bagian depan atau front office dari kepribadian kita dikenal dengan istilah Persona (dari bahasa Latin, yang artinya adalah topeng). Persona adalah wajah kepribadian yang ditunjukkan kepada dunia luar, dengan maksud agar dapat diterima dan dihargai secara social. Persona bermanfaat untuk adaptasi dengan dunia (luar). Tanpa Persona yang berkembang, orang akan menemui kesulitan social untuk mencapai tujuan tertentu yang mengandaikan impresi atau kesan positif dari orang lain.

Dalam beberapa kasus, Persona seseorang bisa menimbulkan konflik dengan harapan orang lain. Persona seperti yang diinginkan (oleh dunia luar) kadang juga dapat dibentuk secara sengaja dan dapat berhasil atau berfungsi dengan baik. Persona adalah juga bersifat mandiri dan karenanya ia dapat juga konflik dengan harapan atau kesadaran seseorang.

2.1.2 EGO

Ego atau saya dalam bahasa Latin adalah merupakan pusat dari kesadaran inisiator, pengarah dan pengamat terhadap pengalaman-pengalaman (kesadaran) seseorang. Sedangkan pusat dari keseluruhan kepribadian (baik Kesadaran maupun Bawah Sadar) disebut dengan Self. Sebagai pusat dari Kesadaran, Ego yang berfungsi dengan baik akan menerima realitas secara akurat dan akan mampu memilah-milahkan dunia luar dari inner images.

Pembentukan Ego menurut Jung, dimulai dengan benturan antara kebutuhan fisik seseorang dengan lingkungannya. Agar dapat bertahan hidup, seorang bayi akan harus bisa menunjukkan kebutuhannya kepada dunia luar: cinta, makanan dan minuman, perlindungan. Sebagai pusat dari Kesadaran, Ego menjamin atau menyediakan kesinambungan (continuity) bagi Kepribadian. Ego akan membawa kenangan yang akan dapat menghubungan seseorang dengan masa lalu (nya) dan juga dengan kompleksitas pengalaman-pengalamannya saat ini.

2.1.3 TIPOLOG

Setiap orang berdasarkan teori Kepribadian Jung, memiliki Ego, Persona dan kompoknen lain dari Psyche, masing-masing dengan karakter kepribadian individual. Sekalipun demikian, ada kesamaan di antara individu yang berbeda tersebut yang dapat ditarik benang merahnya untuk membentuk suatu dimensi. Jung mulai mengembangkan teori tentang Type - yang kemudian dikenal dengan Tipologi Jung, dari pengamatan terhadap hubungan Sigmund Freud dengan para pengikutnya, termasuk di antaranya Alfred Adler. Adler dan Freud tidak sependapat tentang asal-muasal Neurosis. Bagi Freud, asal atau sebab Neurosis adalah konflik seksual, bagi Adler adalah konflik social khususnya keinginan terhadap kekuasaan. Perbedaan ini sebagaimana diamati oleh Jung, adalah merupakan perbedaan cara pandang dalam mengalami dunia luar. Sebagian orang akan memiliki kecenderungan ke dalam (inwardly-oriented), sebagian lagi outwardly. Jung menamai unsur ini sebagai Introversion dan Extraversion.

Sikap introversi mengarahkan pribadi ke pengalaman subyektif, memusatkan diri pada dunia dalam dan privat dimana realita hadir dalam bentuk hasil amatan, cenderung menyendiri, pendiam / tidak ramah bahkan antisosial. Sikap ekstraversi mengarahkan pribadi ke pengalaman obyektif memusatkan perhatian ke dunia luar berfikir mengenai persepsinya, cenderung berinteraksi dengan orang disekitaranya. Aktif, ramah, sangat menaruh perhatian pada lingkungan dan orang lain. Orang yang bersikap terbuka (ektrovert) akan lebih mudah bergaul dengan lingkungannya dibandingkan orang yang bersikap tertutup (introvert). Orang yang psikisnya baik adalah orang yang mampu mengembangkan antara sikap introversi dan ekstraversi karena diantara keduanya terdapat masing-masing kekuatan juga kelemahan. Gabungan sikap dan fungsi ini membentuk tipologi. Jadi Jung pada dasarnya mengembangkan teori dalam paradigma psikoanalisis, gabungan antara konsep sikap dan fungsi yang memakai paradigma tipe. Tipologi Jung dapat diuraikan sebagai berikut:

  1. Introversi – Fikiran: orang yang emosinya datar, mengambil jarak dengan orang lain, cenderung menyenangi ide abstrak menyenangi orang dan benda kongkrit lainnya. Mereka mengembara dengan fikirannya sendiri. Tidak peduli apakah idenya bisa diterima orang lain. Terkesan keras kepala, kurang perhatian, arogan, dan tidak ramah. Kata kuncinya adalah sikap mengambil jarak – intelektual – tidak praktis, tipe kepribadian dari filsuf dan teoritisi.
  2. Ekstraversi – Fikiran : orang yang cenderung tampil seperti tidak kenal orang (impersonal), dingin atau angkuh, menekan fungsi perasaannya, orang yang berprinsip kenyataan obyektif, bukan hanya dirinya tetapi juga mengharap orang lain seperti dirinya. Tidak semua fikiran obyektif bersifat produktif. Kalau sama sekali tidak ada interpretasi individu, yang muncul adalah paparan fakta, tanpa orisinalitas atau kreativitas. Kata kuncinya adalah sifat obyektif – kaku – dingin, tipe kepribadian dari matematikawan, peneliti, ahli mesin, akuntan.
  3. Introversi – Perasaan : orang yang mengalami perasaan emosional yang kuat tetapi menyembunyikan perasaan itu. Orang yang menilai segala hal dengan memakai persepsi – subyektif alih-alih fakta-obyektif, mengabaikan pandangan dan keyakinan tradisional, pendiam, sederhana, tidak dapat diduga. Terkesan memiliki rasa percaya diri dan kehidupan jiwa yang harmonis, tetapi perasaanya tida-tiba bisa hancur oleh badai emosi. Mengabaikan dunia obyektif, membuat orang disekitarnya merasa tidak nyaman, atau bersikap dingin kepadanya. Kata kuncinya adalah sifat pendiam, kekanak-kanakan, tidak acuh, tipe kepribadian dari seniman-pengarang, dan kritikus seni.
  4. Ekstraversi – Perasaan: orang yang perasaannya mudah berubah begitu situasinya berubah. Emosional dan penuh perasaan, tetapi juga senang bergaul dan pamer. Mudah bergaul akrab dalam waktu yang pendek, mudah menyesuaikan diri. Kata kuncinya adalah sifat bersemangat – periang – sosiabel, tipe kepribadian dari aktor, penaksir harga real-estate, politisi, pengacara.
  5. Introversi – Pengindraan: cenderung terbenam dalam sensasi-sensasi jiwanya sendiri, dan memandang dunia sebagai sesuatu yang tidak menarik. Orang yang tampil kalem, bisa mengontrol diri, tetapi juga membosankan. Dia bukan tidak dipengaruhi fakta / kenyataan, tetapi fakta/ kenyataan itu diterima dan dimaknai secara subyektif, yang bisa-bisa tidak ada hubungannya dengan fakta aslinya. Introversi-pengindraan yang ekstrim ditandai dengan oleh halusinasi, bicara yang tidak bisa dipahami, atau esoteris (hanya bisa dipahami orang tertentu saja). Kata kuncinya adalah sifat pasif – kalem – artistik, tipe kepribadian dari pelukis impresionis, pemusik klasik.
  6. Ekstraversi – Pengingdraan : orang yang realistik, praktis, dan keras kepala. Menerima fakta apa adanya tanpa fikiran mendalam. Terkadang mereka juga sensitif, menikmati cinta dan kegairahan. Sensasi tidak dipengaruhi oleh sikap subyektif, mampu membedakan fakta secara rinci. Kata kuncinya adalah sifat realistis – merangsang – menyenangkan, tipe kepribadian dari pekerja kuliner, pencicip anggur, ahli cat, pemusik pop, tetapi juga bisa bisnisman.
  7. Introversi – Intuisi : terisolir dalam dunia gambaran primordial yang mereka sendiri kadang tidak tahu maknanya. Mereka mungkin juga tidak mampu berkomunikasi dengan orang lain secara efektif. Cenderung tidak praktis, memahami fakta secara subyektif. Namun persepsi intuitif sering sangat kuat dan mampu mendorong orang lain mengambil keputusan yang istimewa. Kata kuncinya adalah sifat mistik – pemimpi – unik, tipe kepribadian dari dukun supranatural / peramal nasib, pemeluk agama yang fanatik.
  8. Ekstraversi – Intuisi : orientasinya faktual, tetapi pemahamannya sangat dipengaruhi oleh intuisi, yang mungkin sekali bertentangan dengan fakta itu. Data sensoris justru menjadi sarana untuk menciptakan data baru secara intuitif, untuk memecahkan suatu masalah. Selalumencari dunia baru untuk ditaklukkan. Mereka sangat hebat dalam mendirikan dan mengembangkan usaha baru, tetapi minatnya terus menerus bergerak / berubah. Kata kuncinya adalah sifat efektif – berubah – kreatif, tipe kepribadian dari penanam modal, wiraswastawan, penemu (inventor).

Tipe kepribadian ini akan berpengaruh terhadap perasaan, pikiran dan perilaku seseorang, dan ia akan berada di bawah kendali Ego. Sekalipun Jung memakai istilah Tipologi atau Type, dia tidak bermaksud untuk mengkotak-kotakkan orang sebagaimana banyak kritik menyebutkan tentang teori kepribadian Jung ini. Jung menempatkan tipologi ini sebagai Dimensi (dimension) : setiap orang memilikinya, bagi sebagian orang ia lebih banyak berada di Kesadarannya, sementara bagi sebagian orang lain lebih banyak berada di Bawah Sadarnya. Tendensi psikologis ini merupakan alat Bantu untuk memahami dan menghargai orang lain atau cara-cara mereka berhadapan dan menghadapi dunia (di luar diri) nya.

2.2 Psyche yang Tersembunyi ( The Hidden Psyche )

2.2.1 Alam Bawah Sadar

Bawah Sadar dari Psyche dibentuk atau berisikan banyak hal dan beragam antara orang yang satu dengan yang lainnya, dan dari waktu ke waktu. Isi yang tersembunyi ini sebagian bersifat individual, sebagian lagi kolektif. Isi dari alam Bawah Sadar adalah sangat jauh lebih banyak dan beragam jika dibandingkan dengan isi Kesadaran. Jung membedakan istilah antara Ambang Sadar (Subconscious) dan Bawah Sadar (Unconscious) karena menurutnya di alam Bawah Sadar terdapat banyak kebijaksanaan-kebijaksanaan yang sangat bermutu. Jung menggunakan istilah Ambang Sadar untuk merujuk pada isi alam Bawah Sadar yang sifatnya sementara, Freud menyebut hal ini dengan Preconscious. Jika Freud beranggapan bahwa isi dari Bawah Sadar semuanya adalah bersifat pengalalam-pengalaman individual, Jung mengemukakan bahwa sebagian dari isi Bawah Sadar adalah bersifat kolektif merupakan bagian dari warisan atau peradaban manusia.

2.2.2 Bayangan ( Shadow )

Bayangan merupakan isi psikis yang tidak ingin ditampilkan atau bahkan dihargai oleh seseorang atau individu. Bayangan merupakan bagian dari hidup seseorang namun ia tidak diinginkan untuk muncul karena dianggap lemah, tidak dapat diterima secara social atau bahkan cenderung aneh. Manifestasi dari Bayangan kerap kali bisa jadi merupakan hal yang tidak mengenakkan.

Bayangan akan muncul atau diekspresikan biasanya pada waktu orang berada dalam taraf kecemasan.

Sekalipun Bayangan yang secara natural bersifat tersembunyi, orang dapat juga mengangkatnya ke dalam alam Kesadaran dan menjadi bagian daripada nya. Dalam keadaan yang demikian, Bayangan bersifat mandiri (autonomous) dan bisa mewujud dalam bentuk moods, tersinggung, symptom fisik lainnya, emosi, dan juga perilaku. Sebagaimana Ego dan Persona, isi dari Bayangan adalah bervariasi antara orang satu dengan yang lainnya (bersifat individual). Sekalipun orang lebih sering melihat Bayangan dari sisi negatif, namun sebenarnya ia bisa banyak bermanfaat (positif). Kualitas atau isi Bayangan yang destruktif, aneh (pada saat berada di Bawah Sadar) bisa jadi merupakan hal yang sangat bernilai jika ia dapat diangkat ke dalam Kesadaran. Misalnya Bayangan tentang Marah bisa berubah menjadi Asertif, Ketidakberdayaan (vulnerable) bisa menjadi Empati. Jung menegaskan berulang kali bahwa Bayangan adalah merupakan unsure penting dalam hidup manusia. Bayangan dapat menunjukkan kualitas yang baik seperti misalnya instink normal, reaksi-reaksi (psikologis) yang tepat, realistic insight dan impuls-impuls kreatif. Menurut Jung, disamping isi yang sifatnya individual Bayangan juga berisikan hal-hal yang sifatnya kolektif.

2.2.3 SELF

Self tidak mudah untuk dijelaskan atau digambarkan. Kata yang singkat yang dapat menjelaskan Self adalah Kepribadian Total (total personality) baik Kesadaran maupun Bawah Sadar. Self adalah pusat dari kepribadian. Sebagai totalitas Psyche, Self merupakan gabungan atau jumlah dari seluruh proses, isi dan karakteristik mental baik itu positif maupun negatif, konstruktif maupun destruktif. Isi dari Self ini yang kemudian akan menjadi bagian dari pola pengembangan (kepribadian) seseorang. Sebagaimana Kesadaran akan berhadapan dengan masalah-masalah dan tantangan hidup, Self akan menjadikan Bawah Sadar untuk bisa mendukung atau menyediakan sumberdaya bagi Kesadaran untuk memenuhi tuntutan-tuntutan hidup.

2.2.4 BAWAH SADAR KOLEKTIF ( COLLECTIVE UNCONSCIOUS)

Jung memberikan sumbangan besar dengan mendefinisikan Bawah Sadar Kolektif berikut isinya yang kemudian dikenal sebagai Archetype. Jung menekankan pada aspek ketidaksadaran dengan konsep utamanya Collective unconscious .Konsep ini sifatnya transpersonal, ada pada seluruh manusia. Hal ini dapat dibuktikan melalui struktur otak manusia yang tidak berubah. Collective unconscious/ Bawah sadar terdiri dari jejak ingatan yang diturunkan dari generasi terdahulu, cakupannya sampai pada masa pra-manusia. Misalnya, cinta pada orangtua, takut pada binatang buas,dan lain-lain. Collective unconscious ini menjadi dasar kepribadian manusia karena didalamnya terkandung nilai dan kebijaksanaan yang dianut manusia. Ide-ide yang diturunkan atau primordial images disebut sebagai archetype, yang terbentuk dari pengalaman yang berulang dalam kurun waktu yang lama. Ide-ide yang diturunkan atau primordial images disebut sebagai archetype. Terbentuk dari pengalaman yang berulang dalam kurun waktu yang lama. Ada beberapa archetype mendasar pada manusia, yaitu persona, anima, shadow, self. Archetype inilah yang menjadi isi collective unconsciousness

Konsep tentang Archetype dan Bawah Sadar Kolektif adalah saling berkaitan dan membentuk satu teori. Jung mengembangkan teori ini secara empiris karena ia ngotot bahwa dari pengalaman-pengalaman pribadinya ia menyimpulkan bahwa Bawah Sadar Kolektif itu ada. Ini dijelaskannya melalui Mimpi nya ketika ia dalam perjalanan bersama Freud ke Massachusetts, Amerika Serikat tahun 1909.

Saya ada dalam sebuah rumah. Saya tidak tahu itu rumah siapa, tapi yang pasti ada dua lantai. Saya berada di tingkat atas, dimana ada ruang tamu dengan gaya Barok. Di dindingnya tergantung sejumlah lukisan tua yang mahal. Saya pikir ini pasti rumah saya dan Lumayan juga kelihatannya. Kemudian saya turun ke lantai bawah. Di sini semuanya tampak lebih tua, dan saya menyadari bahwa bagian dari rumah ini pastilah dari abad XV atau XVI. Perabotannya sangat bergaya abad pertengahan (medieval), lantainya dari batu bata merah. Suasananya tampak temaram, cenderung gelap. Saya masuk ke setiap ruang dan berfikir Tampaknya sekarang saya harus meneliti seluruh rumah ini. Saya jumpai pintu kamar yang berat dan kemudian saya masuk ke dalam. Di sana, ada tangga batu yang mengantarkan saya ke ruang bawah tanah. Saya kemudian turun ke sana dan saya jumpai ruang yang berantakan dengan gaya yang sangat kuno. Dindingnya terbuat dari batu dan ada sederetan yang terbuat dari batu bata. Ini pasti dari jaman kerajaan Romawi. Kemudian saya lihat ke lantainya, ia terbuat dari potongan-potongan batu dan di dalam salah satu potongan itu saya temukan sebuah cincin. Ketika saya menariknya, potongan batu itu kemudian terbuka. Dan lagi saya lihat ada tangga batu yang sempit menuju ke bagian yang lebih bawah dari rumah ini. Lalu saya menuruninya dan menjumpai sebuah gua kecil. Debu tebal terdapat di lantainya, dan di antara tebaran debu itu ada tulang belulang dan pecahan keramik seperti peninggalan orang atau jaman primitif. Saya juga menjumpai dua tengkorak manusia, sudah pasti sangat tua dan hampir tidak berbentuk lagi. Kemudian saya bangun (Memories, Dreams, and Reflections, hal. 158-159)[/color]

Jung kemudian menceriterakan mimpinya kepada Freud dan bersama-sama menganalisisnya. Selama tujuh minggu, setiap hari Freud dan Jung saling menganalisis mimpi-mimpi mereka. Ketika Jung berceritera pada Freud tentang mimpinya yang satu ini, Freud menyarankan Jung untuk mengingat kembali tentang harapan-harapan yang ditekannya sebagaimana digambarkan oleh dua tengkorak manusia itu. Tahu bahwa Freud berasumsi bahwa tengkorak mengindikasikan harapan akan kematian mungkin kematian Freud, Jung kemudian mengatakan bahwa itu mungkin isteri dan adik iparnya. Jung melakukan ini karena disamping violent resistance nya terhadap interpretasi (yang dilontarkan oleh Freud), dia juga ragu-ragu terhadap penilaian nya sendiri dan ia sebenarnya ingin dengar langsung dari Freud apa pendapatnya tentang mimpi nya itu.

Pengalaman ini bagaimanapun juga kemudian menyebabkan Jung mulai menyadari ketidaksesuaian antara (gagasan) dirinya dengan Freud. Jung sama sekali tidak bisa mengartikan secara jelas mimpinya itu, tapi ia mengingatnya sebagai sebuah pengalaman yang mengantarkannya kepada adanya unsur kolektif di samping Psyhce yang sifatnya individual. Lima puluh tahun kemudian, Jung mengelaborasikan pengalaman mimpi nya itu

Adalah jelas bagiku sekarang bahwa rumah itu menggambarkan Psyche saya pada tingkat Kesadaran. Kesadaran itu digambarkan sebagai ruang tamu yang memiliki suasana rumah yang berpenghuni, sekalipun disainnya antik.

Lantai bawah menggambarkan tingkat pertama dari Bawah Sadarku. Semakin ke bawah aku pergi, semakin asing dan gelap suasananya. Dalam gua saya jumpai peninggalan dari kultur atau peradaban primitif. Ini adalah dunia primitif yang ada dalam diri saya dunia yang sangat jarang dapat disentuh atau diterangi oleh Kesadaran Mimpi itu menunjukkan bahwa ada hal lain di luar Kesadaran. Sebagaimana saya gambarkan : lantai bawah yang panjang dan tidak berpenghuni baik itu dengan gaya medieval, kerajaan Romawi sampai pada gua pra-sejarah. Ini menggambarkan masa lalu dan juga tahapan-tahapan sebelumnya dari Kesadaran .

Mimpi Jung ini membentuk sebuah diagram structural dari Psyche manusia. Ia mengandung pengalaman impersonal yang mendasari Psyche itu yang bagi saya merupakan jejak-jejak dari bagaimana (psyche) berfungsi Kemudian, sejalan dengan bertambahnya pengalaman dan berdasarkan pada pengetahuan yang lebih reliable, Jung mengenalinya sebagai . Archetype (Memories, Dreams and Reflections hal 160-161)[/color]

Jung menekankan pada aspek ketidaksadaran dengan konsep utamanya Collective unconscious .Konsep ini sifatnya transpersonal, ada pada seluruh manusia. Hal ini dapat dibuktikan melalui struktur otak manusia yang tidak berubah. Collective unconscious/ Bawah sadar terdiri dari jejak ingatan yang diturunkan dari generasi terdahulu, cakupannya sampai pada masa pra-manusia. Misalnya, cinta pada orangtua, takut pada binatang buas,dan lain-lain. Collective unconscious ini menjadi dasar kepribadian manusia karena didalamnya terkandung nilai dan kebijaksanaan yang dianut manusia. Ide-ide yang diturunkan atau primordial images disebut sebagai archetype, yang terbentuk dari pengalaman yang berulang dalam kurun waktu yang lama.

2.3 Analisis Kasus

Berdasarkan cerita tentng tokoh “ aku”, Hamid, Hend dan Tariq yang disadur melalui buku “ Stone in My Hand “ karya Cathryn Clinton, berikut diuraikan penggambaran watak & karakter masing-masing tokoh tersebut :

- Tokoh “ aku “

Digambarkan sebagai sosok perempuan yang tidak banyak bicara, namun sangat jeli dan mendetail dalam mengamati perilaku orang lain, mengenali orang lain dan peristiwa-peristiwa yang terjadi. Tokoh “ aku “ ini lebih berfikir realistis terhadap reaksi yang akan terjadi dari sebuah respon, namun pada hal tertentu tokoh ini juga menggunakan pemikiran subjektifnya sebagai jawaban dari hal-hal yang terjadi di sekitarnya dan tentang dirinya sendiri. Tokoh “ aku “ juga diceritakan mempunyai kebahagiaan / kebanggaan sendiri tentang dirinya di dalam pikiran dan imajinasinya, maka dalam segala kondisi social yang terjadi di lingkungan, kondisi fisik dan di tengah penilaian dari orang lain, tapi dia tetap merasa nyaman dengan segala sesuatu yang ada di dalam dirinya. Empati pada tokoh “ aku “ juga dapat dilihat pada saat dia membantu memapah tokoh “ Farid” yang sedang kesakitan. Faktor anak bungsu yang identik dengan kemanjaan dan ketidakmandirian juga tidak didapati dari tokoh ini. Tokoh “aku” cenderung pasif menanggapi hal yang terjadi di luar dirinya dan terhadap dirinya, dia adalah peneliti yang baik.

- Tokoh Hamid

Digambarkan sebagai seorang Laki-laki yang banyak bicara, membual, berdebat, sombong dan keras kepala. Hamid sering membual bahwa ia telah menjadi shabab (anak muda yang aktif dalam perjuangan). Ia pikir dengan melakukan itu, ia seketika menjadi seorang pejuang cilik dalam intifada. Hamid adalah seorang pemimpi dengan impian yang besar. Menjadi shahab adalah keinginannya, namun kebanggaan berlebihan terhadap keinginannya itu lebih diwujudkan dalam bentuk kalimat- kalimat bualan bukan dengan tindakan nyata. Keinginan untuk menjadi pemberani masih jauh dari dalam dirinya. Bahkan jika berhadapan dengan tokoh yang menjadi lawan pergerakan perjuangan dari Shabab, tokoh Hamid begitu panik hingga empati terhadap Farid sahabatnya yang tengah kesakitan pun hilang. Tokoh ini juga sangat ekspresif mengungkapkan apa yang ada di dalam pikirannya dalam wujud reaksi-reaksi fisik nyata misalnya mengacung-acungkan tinjunya menjadi kepuasan sendiri yang mengarah kepada penunjukan suatu sisi keberanian seorang Hamid.

- Tokoh Hend

Sebagai kakak perempuan, anak tertua dari 3 bersaudara, Hend mempunyai sejumlah harapan & mimpi namun dia cenderung pasif. Pasrah dan tidak melakukan tindakan apapun untuk merealisasikan apa yang ada di pikirannya. Menunggu saat yang tepat hingga semua harapannya terwujud adalah ciri dari tokoh ini. Tentang harapan-harapan tersebut Hend cukup optimis dan yakin bahwa suatu saat Ia akan mendapatkannya, hal ini dibuktikan dengan kalimat “ Lihat saja nanti “ yang menjadi ciri khas Hend. Tokoh Hend adalah seorang yang optimis, namun tidak berinisiatif melakukan hal-hal yang baru, lebih bersikap pasrah dan mengeluh adalah bentuk responnya terhadap apa yang sedang terjadi. Hend juga melabel kedua adiknya sebagai anak-anak yang bodoh, bisa saja terjadi karena hubungan Hend dengan kedua adiknya kurang erat. Di antara Hend dan adiknya kurang terdapat komunikasi yang efektif.

Berdasarkan uraian tersebut maka dapat disimpulkan berdasarkan Tipologi Jung yang menggabungkn beberapa sikap & fungsi,

Tokoh “ aku” adalah seorang Introvert yang didominasi oleh Penginderaan ( Introversi-Penginderaan)

Tokoh Hamid adalah seorang Ekstravert yang didominasi oleh Pikiran ( Ekstraversi – Pikiran)

Tokoh Hend adalah seseorang Ekstravert yang didominasi oleh Penginderaan(Ekstraversi – Penginderaan)

n Sumber :

  1. Feist J & Feist, G.J.2006.Theories of Personality. New York : Mc.Graw Hill
  2. Kartini, Kartono DR.1996. Psikologi Umum. Penerbit : CV. Maju. Bandung
  3. Alwisol, 2005. PsikoLogi Kepribadian.Malang : UMM Press

Sumber Lain :

-http://forum.psikologi.ugm.ac.id/index.php?topic=

-http://rumahbelajarpsikologi.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar