Rabu, 30 September 2009

TEORI PSIKOLOGI INDIVIDUAL- ALFRED ADLER (1870-1937)

Nama : Rissa Rendra Pradhaniasti
No : 13/08/2009
Matakuliah : Psikologi Kepribadian


TEORI PSIKOLOGI INDIVIDUAL- ALFRED ADLER (1870-1937)
1. PENDAHULUAN
Tokoh yang mengembangkan teori psikologi individual adalah Alfred Adler (1870-1937), yang pada mulanya bekerja sama dengan Freud dalam mengembangkan psikoanalisis. Karena ada perbedaan pendapat yang tidak bisa diselesaikan akhirnya Adler keluar dari organisasi psikoanalisis dan bersama pengikutnya dia mengembangkan aliran psikologi yang dia sebut Psikologi Individual (Individual Psychology). Banyak konsep Freud yang diikutinya, antara lain mengenai level kesadaran. Namun Adler menekankan pada faktor kesadaran/unsur ego. Teorinya banyak menyentuh unsur lingkungan sosial sehingga ia juga dikenal sebagai seorang psikoanalis sosial yang pertama. Sebagai seorang pengikut Freud, Adler memilih jalan berbeda dari Freud dan menganggap teori Freud sangat menekankan unsur seksual sehingga kurang realistis. Adler menekankan adanya keunikan pribadi. Setiap pribadi merupakan konfigurasi unik dari motif-motif, sifat, minat dan nilai-nilai. Setiap perbuatan dilakukan orang secara khas sesuai gaya hidup orang tersebut.
2. PANDANGAN ADLER TENTANG MANUSIA
Adler menjadi pelopor dalam psikologi perkembangan yang mengemukakan teori bahwa “kesadaran” (consiusness) merupakan bagian yang penting dalam kepribadian (personality). Konsep pertama Adler, manusia (the person) adalah mahluk sosial utama yang sangat berpengaruh dalam perkembangan psikologi sosial, bebeda dengan Freud, Adler berpendapat bahwa kebutuhan pemuasan seksual manusia hanya merupakan salah satu dari banyaknya kebutuhan dasar manusia, hal tersebut tergantung bagaimana cara kita mengatur, merencanakan dan melakukannya dalam aktifitas hidup kita, Adler lebih menekankan kepada bagaimana kita dapat mengekspresikan kebutuhan seksual kita, bukan bagaimana cara melakukannya. Konsep kedua, yaitu tentang diri yang kreatif. Tidak seperti ego Freud, yang terdiri dari kumpulan proses psikologis yang melayani tujuan insting-insting diri, Adler merupakan system subjektif yang menginterpretasikan dan membuat pengalaman-pengalaman organisme penuh arti. Tambahnya lagi, diri mencari pengalaman-pengalaman yang akan membantu pemenuhan gaya hidup sang pribadi yang unik, apabila pengalaman-pengalaman ini tidak ditemukan di dunia maka diri akan berusaha menciptakannya. Konsep ketiga, psikologi Adler menekankan pada keunikan kepribadian. Bahwa setiap orang merupakan konfigurasi unik dari motif-motif, sifat-sifat, minat-minat dan nilai-nilai. Setiap perbuatan yang dilakukan orang membawa corak khas gaya hidupnya sendiri. Adler memandang kesadaran sebagai pusat kepribadian, manusia adalah makhluk sadar, mereka biasanya sadar akan alas an-alasan tingkah laku mereka. Sadar akan inferioritas-inferioritas, sadar akan tujuan-tujuan yang mereka perjuangkan. Lebih dari itu mereka sangat sadar akan dirinya sendiri dan mampu merencanakan serta membimbing perbuatan-perbuatan itu bagi aktualisasi dirinya sendiri.

Bagi Adler, manusia lahir dalam keadaan tubuh yang lemah dan tak berdaya. Kondisi ketidakberdayaan itu menimbulkan perasaan inferioritas dan ketergantungan kepada orang lain. Manusia, menurut Adler, merupakan makhluk yang saling tergantung secara sosial. Perasaan bersatu dengan orang lain ada sejak manusia dilahirkan dan menjadi syarat utama kesehatan jiwanya.

3. STRUKTUR TEORI KEPRIBADIAN ADLER
Berdasarkan paradigma tersebut kemudian Adler mengembangkan teorinya yang secara ringkas disajikan pada uraian berikut:
a. Perjuangan menuju superioritas
Menurut Adler, manusia termotivasi oleh satu alasan utama, alasan tersebut bisa menjadi perasaan inferior dan menjadi superior. Individu memulai hidupnya dengan kelemahan fisik yang menimbulkan perasaan inferioritas. Perasaan inilah yang kemudian menjadi pendorong agar dirinya sukses dan tidak menyerah pada inferioritasnya.
b. Finalisme yang fiktif
Konsep Adler tentang motivasi manusia sangat berlawanan dengan keyakinan Freud. Menurut konsep Adler, perilaku kita ditentukan oleh persepsi kita tentang apa harapan kita untuk mencapai masa depan, bukan pada apa yang telah kita lakukan, atau apa yang kita peroleh di masa lalu. Fenomena psikologis tidak dapat dijelaskan dengan insting, impuls, pengalaman, trauma, tetapi hanya dapat difahami melalui “perspektif (seperti juga fenomena) yang telah diperoleh individu sebelumnya, yang menghubungkan seluruh kehidupan untu mencapai cita-cita. Teori Adler dapat menjadi pemandu perilaku kita dalam mencapai cita-cita. Cita-cita adalah “mimpi” sebab mereka tidak berdasarkan realita. Mereka adalah gambaran ide-ide kita yang mungkin menjadi dasar interpretasi subjektif kita tentang dunia. Mimpi (cita-cita) bukan wujud dari nasib atau takdir.
c. Kesatuan dan konsistensi dalam diri kepribadian
Adler memilih nama psikologi individu (individual psychology) dengan harapan dapat menekankan keyakinan bahwa setiap orang itu unik dan tidak dapat dipecah-pecah. Psikologi individu menekankan pentingnya unitas kepribadian. Pikiran, perasaan, dan kegiatan semuanya diarahkan ke satu tujuan tunggal dan mengejar satu tujuan. Adler (1956) menemukan beberapa ciri operasi secara keseluruhan dengan kesatuan dan konsistensi diri ini. Ciri pertama disebut dengan dialect organ tubuh, Adler mengatakan bahwa setiap manusia pada dasarnya mempunyai kelemahan organis. Berbeda dengan hewan, manusia tidak dilengkapi dengan alat-alat tubuh untuk melawan alam. Kelemahan-kelemahan organis inilah yang justru membuat manusia lebih unggul dari makhluk-makhluk lainnya, karena mendorong manusia untuk melakukan kompensasi (menutupi kelemahan). Ciri kedua kesatuan kepribadian adalah harmoni diantara perilaku sadar dan perilaku bawah sadarnya. Adler (1956) mendefinisikan alam bawah sadar sebagai bagian yang tidak terumuskan dengan jelas atau tidak sepenuhnya dimengerti individu. Pikiran-pikiran sadar adalah pikiran yang dimengerti dan yang dijadikan individu sebagai bantuan berharga bagi perjuangannya menuju keberhasilan, sementara pikiran-pikiran bawah sadar adalah pikiran yang tidak dapat membantunya secara langsung.
d. Perasaan inferioritas dan kompensasi
Adler termasuk pada Neo freudian, konsep utamanya lebih kepada perilaku kompensasi dari perasaan kekurangan diri yang nyata (inferiority compleks) menjadi kepada suatu kemampuan tertentu. Inferiority kompleks ini akan menjadi masalah jika masuk pada kondisi neurotik, sehingga kompensasinya berlebihan. Rasa rendah diri (inferior) mendorong seseorang untuk superior, sehingga individu terdorong (memiliki motivasi yang besar) untuk secara terus-menerus bergerak “dari kurang ke lebih, dari bawah ke atas”. Sifat rendah diri menurut Adler, adalah sesuatu yang normal, kita semua berawal sebagai mahluk yang lemah dan kecil. Sifat rendah diri muncul secara konstan ketika kita menemukan tugas yang tidak familier dan baru, yang harus dikuasai. Perasaan ini adalah menjadi penyebab semua perkembangan tingkah laku manusia.
e. Minat sosial (social interest)
Adler menggambarkan minat sosial sebagai suatu kepedulian dan perhatian tentang kesejahteraan orang lain yang terus menerus, sepanjang hidup, untuk memandu perilaku seseorang. Minat social menurut Adler adalah tanggung jawab seorang ibu, bagaimana seorang ibu memberi pengalaman pertama kepada anaknya mengembangkan anak memperluas minat atau ketertarikan pada orang lain, jika tidak maka anak tidak siap untuk mengatasi masalah di sekitarnya, dan system pendidikan dapat menjadi pengganti peran orang tua dalam melatih anaknya.
Minat sosial membuat individu mampu berjuang mengejar superioritas dengan cara yang sehat dan tidak tersesat ke arah maladjusment. Bahwa semua kegagalan, neurotik, psikotik, kriminal, pemabuk, anak bermasalah, menurut Adler, terjadi karena penderita kurang memiliki minat sosial.
Kehidupan sosial menurut Adler merupakan sesuatu yang alami bagi manusia, dan minat sosial adalah perekat kehidupan sosial itu.
Minat sosial menjadi satu-satunya kriteria untuk mengukur kesahatan jiwa. Tingkat seberapa tinggi minat sosial seseorang, menunjukkan kematangan psikologisnya. Orang yang tidak matang psikologisnya kurang memiliki minat sosial, mementingkan diri sendiri, berjuang menjadi superioriti pribadi melampaui orang lain. Sedangkan orang yang sehat secara psikologis, peduli terhadap orang lain dan mempunyai tujuan menjadi sukses yang mencakup kebahagiaan semua umat manusia.
f. Gaya hidup (style of life)
Menurut Adler setiap orang memiliki tujuan, merasa inferior, berjuang menjadi superior. Namun setiap orang berusaha mewujudkan keinginan tersebut dengan gaya hidup yang berbeda-beda. Adler menyatakan bahwa gaya hidup adalah cara unik kita mencapai tujuan yang telah kita tetapkan dalam hidup kita. Masing – masing orang akan mengatur gaya hidupnya agar sesuai dan cocok dengan tujuan akhirnya dan menetukan jalan atau cara untuk memperoleh tujuan tersebut.
g. Diri kreatif
Self kreatif merupakan puncak prestasi Adler sebagai teoris kepribadian. Menurut Adler, self kreatif atau diri kreatif adalah kekuatan ketiga yang paling menentukan tingkah laku (kekuatan pertama dan kedua adalah hereditas dan lingkungan). Self kreatif, menurut Adler, bersifat padu, konsisten, dan berdaulat dalam struktur kepribadian. Keturunan memberi kemampuan tertentu, lingkungan memberi impresi atau kesan tertentu. Self kreatif adalah sarana yang mengolah fakta-fakta dunia dan menstranformasikan fakta-fakta itu menjadi kepribadian yang bersifat subjektif, dinamis, menyatu, personal dan unik. Self kreatif memberi arti kepada kehidupan, menciptakan tujuan maupun sarana untuk mencapainya.
4. PENELITIAN KHAS DARI ADLER
Kepribadian Menurut Urutan Kelahiran
Adler menganggap urutan kelahiran dalam keluarga mempunyai peranan penting dalam membentuk kepribadian seseorang, urutan-urutan tersebut mempunyai perbedaan-perbedaan dalam menginterpretasikan setiap pengalaman yang didapat.
Adler menggambarkan; anak sulung mendapat perhatian yang utuh dari orangtuanya, sampai perhatian itu terbagi saat ia mendapatkan adiknya. Perhatian dari orang tua cenderung membuat anak memiliki perasaan mendalam untuk menjadi superior atau kuat, kecemasan tinggi dan terlalu dilindungi. Saat kelahiran adiknya, menimbulkan dampak traumatik kepada anak sulung yang turun tahta sebagai anak tunggal. Peristiwa ini mengubah situasi dan mengubah cara pandangnya terhadap dunia sekitarnya.
Anak Sulung Anak kedua Anak Bungsu Anak tunggal
S i t u a s i d a s a r
• Menerima perhatian tidak terpecah dari orang tua
• Turun tahta akibat kelahiran adik dan harus berbagi perhatian • Memiliki model atau perintis, yakni kakaknya
• Harus berbagi perhatian sejak awal • Memiliki banyak model perhatian, walaupun berbagi, tidak berubah sejak awal
• Sering dimanja • Menerima perhatian orangtua tidak terbagi
• Cenderung cukup dengan orang tuanya
• Sering dimanja
D a m p a k p o s i t i f
• Bertanggungjawab, melindungi dan memperhatikan orang lain
• Organisator yang baik • Motivasinya tinggi
• Memiliki interes sosial
• Lebih mudah menyesuaikan diri dibandingkan kakaknya • Kompetisi yang sehat
• Sering mengungguli semua saudaranya.
• Ambisius yang realistik • Masak secara sosial

D a m p a k n e g a t i f
• Merasa tidak aman, takut tiba-tiba kehilangan nasib baiknya
• Pemarah, pesimistik konservatif, perhatian pada aturan dan hukum
• Berjuang untuk diterima
• Tidak kooperatif, sering mengkritik orang lain • Pemberontak dan pengiri permanen, cenderung berusaha untuk mengalahkan orang lain
• kompetitif berlebihan
• Mudah kecil hati
• Sukar berperan sebagai pengikut • Merasa inferior dengan siapa saja
• Tergantung pada orang lain
• Ambisi yang tidak realistik
• Gaya hidup manja • Ingin menjadi pusat perhatian
• Takut bersaing dengan orang lain
• Merasa kedudukan dirinya benar dan setiap tantangan harus disalahkan
• Perasaan kerjasama rendah
• Gaya hidup manja

Tabel: Ciri Kepribadian Menurut Urutan Kelahiran
Pembentukan kepribadian setelah kelahiran adiknya dapat membentuk tanggung jawab kepada orang lain, melindungi orang lain, atau bahkan merasa sebaliknya, ia dapat menjadi merasa tidak aman dan miskin interes sosial. Bila kelahiran tersebut berjarak 3 tahun atau lebih, maka ia akan marah karena ia harus mengakui adiknya, beberapa faktor yang telah dimiliki oleh pengalaman sebelumnya bergabung sebagai interpretasi pengalamannya, bila persiapan dan interes sosialnya baik maka ia akan mengembangkan sikap kooperatif dan ia akan memakai gaya kooperatif itu kepada adiknya. Bila kelahiran adiknya sebelum dia berusia 3 tahun maka kemarahan dan kebencian itu semakin bsar dan tidak disadari, sikap itu menjadi resisten dan sulit diubah pada orang dewasa.

Anak kedua biasanya memulai hidup dalam situasi yang lebih baik untuk mengembangkan kerjasama dan minat sosial. Pada tahap tertentu, kepribadian anak dibentuk melalui pengamatannya terhadap sikap kakanya. Jika sikap kakaknya penuh kemarahan dan kebencian, anak kedua mungkin menjadi sangat kompetitif, atau menjadi penakut dan sangat kecil hati. Umumnya anak kedua tidak mengembangkan kedua arah itu, tetapi masak dengan dorongan kompetisi yang baik, memiliki keinginan yang sehat untuk mengalahkan kakaknya. Jika dia banyak mengalami keberhasilan, anak akan mengembangkan sikap revolusioner dan merasa bahwa otoritas itu dapat dikalahkan.


Anak bungsu, seringkali dimanja, sehingga beresiko tinggi menjadi anak bermasalah. mudah terdorong pada perasaan inferior yang kuat dan tidak mampu berdiri sendiri. Namun demikian ia mempunyai banyak keuntungan, ia termotivasi untuk selalu mengungguli kakak-kakaknya dan menjadi anak yang ambisius.

Anak tunggal mempunyai posisi unik dalam berkompetisi, tidak dengan saudara-saudaranya melainkan dengan kedua orangtuanya. Mereka sering mengembangkan perasaan superior berlebihan, konsep diri rendah dan perasaan bahwa dunia adalah tempat yang berbahaya bila kedua orangtuanya terlalu menjaga kesehatannya. Adler menyatakan bahwa anak tunggal mungkin kurang baik mengembangkan kerjasama dan minat sosial, memiliki sifat parasit, dan mengharapkan perhatian untuk melindungi dan memanjakannya.
5. KASUS
“ANDRI memutuskan untuk berhenti sekolah dan melupakan segala sesuatu yang telah diraihnya. Sejak peristiwa kecelakaan yang menyebabkan dia kehilangan kedua kakinya membuat andri merasa sangat terpuruk dan kecewa. Andri merasa hidupnya telah hancur dan tidak mampu meraih masa depannya lagi.
Bahkan untuk bertemu orang saja, Andri merasa tidak sanggup dan malu karena harus di pandang sebagai orang cacat. Tadinya Andri seorang remaja SMU yang energik, pintar dan bercita-cita untuk menjadi seorang tentara yang gagah. Dia belajar keras untuk mendapatkan nilai-nilai di raportnya untuk mendukung rencananya melanjutkan pendidikan di akademi militer.
Persiapan fisik juga telah dilakukan, untuk menjagai kesimbangan dan stamina tubuh agar layak memenuhi persyaratan yang ada. Saat itu menjelang ujian akhir sekolah, Andri pergi mengunjungi saudaranya di luar kota, dan ia mengalami kecelakaan yang menyebabkan hilangnya kedua kakinya”





6. ANALISIS KASUS
Berdasarkan kasus diatas, inferioritas bukan suatu pertanda abnormal melainkan bentuk penyempurnaan dari manusia. Hal ini dibuktikan dengan berbagai upaya perjuangan Andri untuk menjadi ke arah superior dengan cara belajar keras untuk mendapatkan nilai yang bagus di rapot serta persiapan fisik untuk menjaga stamina tubuh demi mendukung rencananya untuk dapat masuk akademi militer.
Berarti sebelum terjadi peristiwa kecelakaan yang menyebabkan Andri kehilangan kedua kakinya, Andri adalah individu yang berkembang tanpa suatu kompleks inferioritas atau kompleks superioritas yang merupakan manifestasi bentuk abnormal sesuai dengan konsep inferioritas Adler. Bukti bahwa Andri tidak mengalami keabnormalan superioritas komplek adalah bahwa disamping keinginannya memperoleh tujuan untuk kepentingan diri sendiri masih ditunjukkan minat sosial Andri yaitu adanya upaya membina relasi sosial dengan kunjungan terhadap keluarga di luar kota sebelum terjadi kecelakaan.
Gambaran sebagai sosok remaja SMU yang energik mengindikasikan bahwa Andri cenderung berinteraksi dengan orang disekitarnya, aktif, ramah dan mudah bergaul dgn lingkungan. Berdasarkan salah satu paradigma dalam konsep psikologi individualnya Adler mengembangkan teori individualitas sebagai pokok persoalan maka setelah terjadi kecelakaan itu muncul keabnormalan berupa inferioritas komplek. Inferioritas komplek ditandai dengan simptom self image yg buruk yaitu keterpurukan, kekecewaan, malu dan kontak sosial berubah. Tampilan-tampilan perilaku yang mendominasi dalam kasus ini yaitu inferioritas komplek maka individu tersebut akan menunjukkan sikap menolak untuk bekerja sama (lebih tertutup) atau sangat introvert. Rasa tidak mampu dan ragu akan kemampuan muncul karena keterbatasan yang dimilikinya. Dan hal ini sangat mempengaruhi perilaku yang akan dilakukan selanjutnya.

Selasa, 29 September 2009

Psikologi Kepribadian

Nama : Theodora Sihite

No Peserta : 16/08/09

Mata Kuliah : Psikologi Kepribadian


Psikologi Analisis Carl Gustav Jung

( 1875-1961)

Dikenal mengembangkan Analytical Psychology. Sebagai murid Freud, Jung juga mengajukan keberatan terhadap beberapa konsep utama Freud yang menyebabkan hubungan keduanya renggang dan retak. Perbedaan utama Jung dan Freud terletak pada pandangan mereka tentang ketidaksadaran. Meskipun keduanya sama-sama menekankan ketidaksadaran sebagai penentu perilaku manusia (bahkan Jung lebih kuat dalam hal ini), tapi mereka berbeda posisi tentang asal ketidaksadaran ini. Freud mengatakan bahwa unsur seksual adalah faktor utama dan dominan dalam ketidaksadaran sementara Jung sangat tidak setuju dgn pandangan ini dan menyatakan bahwa sumber ketidaksadaran adalah warisan dari nenek moyang sehingga sifatnya sosial dan tergantung kelompok ras.

1. Jung & Freud

Untuk bisa memahami teori Jung secara lebih baik, adalah penting untuk juga mengetahui bagaimana hubungannya dengan Freud. Jung mengawali pekerjaannya sebagai seorang psikiatris dan menulis teori-teori psikologi tentang orang dewasa. Sekitar enam tahun kebersamaannya dengan Freud adalah merupakan tahun-tahun yang penting bagi perkembangan intelektual dan professional Jung, dan hal ini tidak pernah disangkal oleh Jung. Baik Freud dan Jung adalah dokter yang berangkat dari titik yang sama : observasi terhadap data. Freud berkeinginan kuat untuk sampai pada satu teori komprehensif yang dapat menjawab atau menjelaskan semua data yang ada dan yang akan ada (sebagaimana teori gravitasi dalam fisika). Sedangkan Jung melihat fenomena psikologis sebagai sesuatu yang berbeda dari fenomena fisika dan oleh karenanya membutuhkan kerangka teoretik yang mampu beradaptasi dan fleksible dengan memperhitungkan keragaman pengalaman (perilaku) manusia yang tidak terbatas.

Hasilnya adalah dua kerangka teoretik yang memiliki aroma yang sangat berbeda. Teori Freud dikembangkan sebagai sesuatu yang lebih pasti dan spesifik dan oleh karenanya bersifat kaku. Sedangkan Jung adalah lebih terbuka untuk kemungkinan-kemungkinan baru dan mudah dimodifikasi akibatnya adalah bersifat agak kabur (vague). Freud lebih cenderung untuk langsung sampai pada kesimpulan, dan menekankan pada sistem tertutup (closed system) mengandaikan bahwa tidak ada lagi hal baru yang perlu dan bisa dipelajari tentang perilaku dan pengalaman manusia. Banyak orang kemudian menganggap bahwa teori Freud adalah dogmatis. Jung terus menerus menganjurkan pengujian terhadap hipotesis yang ia ajukan, dan dia berkeyakinan bahwa psikologi sebagai ilmu masih pada taraf mengumpulkan dan mengolah data, belum sampai pada titik akhir untuk menarik kesimpulan. Karena Jung mengikutsertakan begitu banyak data yang cukup sulit untuk diamati dan direplikasi, orang sering menjulukinya sebagai mystical. Kreativitas Freud berfokus pada penggambaran Struktur Alam Pikiran, sedangkan Jung pada pemahaman suatu dimensi Alam Bawah Sadar di luar Kesadaran individu berikut segala isinya. Dalam usahanya untuk memahami Stuktur Alam Pikiran, Freud berhipotesis bahwa Alam Bawah Sadar terbentuk seluruhnya dari isi (pengalaman) individual. Sedangkan Jung menganggap bahwa Alam Bawah Sadar terbentuk hanya sebagian oleh pengalaman individual, termasuk di dalamnya isi Archetypal yang dibentuk di luar realitas pengalaman individual. Bagi Freud, Alam Bawah Sadar adalah bersifat patologis, sedangkan bagi Jung alam bawah sadar itu sehat, bahkan cenderung kreatif sekalipun ada juga unsur patologisnya. Minat terhadap Alam Bawah Sadar telah menyatukan dua tokoh besar mazhab Psikoanalis ini, namun perbedaan dalam konsep atau cara pendekatanlah yang akhirnya memisahkan keduanya.

  1. Teori Kepribadian Jung

Teori Jung tentang kepribadian secara garis besar dapat dibedakan antara Psyche yang Tampak (Visible Psyche) dan Bawah Sadar (Unconscious). Psyche adalah merupakan gabungan atau jumlah dari keseluruhan isi mental, emosional dan spiritual seseorang. Karena merupakan gabungan dari sejumlah unsure, kita sering mendapati bahwa Psyche kita menunjukkan atau tampak sebagai sesuatu yang kontradiktif atau bertentangan. Untuk memahami bagaimana dan mengapa itu dapat terjadi, kita akan mulai pembahasan dari bagian yang sudah kita kenal atau ketahui, dan juga sebagaimana dikenal oleh dunia (di) luar (diri kita).

2.1 Psyche yang Tampak ( VisibLe Psyche )

2.1.1 PERSONA

Bagian depan atau front office dari kepribadian kita dikenal dengan istilah Persona (dari bahasa Latin, yang artinya adalah topeng). Persona adalah wajah kepribadian yang ditunjukkan kepada dunia luar, dengan maksud agar dapat diterima dan dihargai secara social. Persona bermanfaat untuk adaptasi dengan dunia (luar). Tanpa Persona yang berkembang, orang akan menemui kesulitan social untuk mencapai tujuan tertentu yang mengandaikan impresi atau kesan positif dari orang lain.

Dalam beberapa kasus, Persona seseorang bisa menimbulkan konflik dengan harapan orang lain. Persona seperti yang diinginkan (oleh dunia luar) kadang juga dapat dibentuk secara sengaja dan dapat berhasil atau berfungsi dengan baik. Persona adalah juga bersifat mandiri dan karenanya ia dapat juga konflik dengan harapan atau kesadaran seseorang.

2.1.2 EGO

Ego atau saya dalam bahasa Latin adalah merupakan pusat dari kesadaran inisiator, pengarah dan pengamat terhadap pengalaman-pengalaman (kesadaran) seseorang. Sedangkan pusat dari keseluruhan kepribadian (baik Kesadaran maupun Bawah Sadar) disebut dengan Self. Sebagai pusat dari Kesadaran, Ego yang berfungsi dengan baik akan menerima realitas secara akurat dan akan mampu memilah-milahkan dunia luar dari inner images.

Pembentukan Ego menurut Jung, dimulai dengan benturan antara kebutuhan fisik seseorang dengan lingkungannya. Agar dapat bertahan hidup, seorang bayi akan harus bisa menunjukkan kebutuhannya kepada dunia luar: cinta, makanan dan minuman, perlindungan. Sebagai pusat dari Kesadaran, Ego menjamin atau menyediakan kesinambungan (continuity) bagi Kepribadian. Ego akan membawa kenangan yang akan dapat menghubungan seseorang dengan masa lalu (nya) dan juga dengan kompleksitas pengalaman-pengalamannya saat ini.

2.1.3 TIPOLOG

Setiap orang berdasarkan teori Kepribadian Jung, memiliki Ego, Persona dan kompoknen lain dari Psyche, masing-masing dengan karakter kepribadian individual. Sekalipun demikian, ada kesamaan di antara individu yang berbeda tersebut yang dapat ditarik benang merahnya untuk membentuk suatu dimensi. Jung mulai mengembangkan teori tentang Type - yang kemudian dikenal dengan Tipologi Jung, dari pengamatan terhadap hubungan Sigmund Freud dengan para pengikutnya, termasuk di antaranya Alfred Adler. Adler dan Freud tidak sependapat tentang asal-muasal Neurosis. Bagi Freud, asal atau sebab Neurosis adalah konflik seksual, bagi Adler adalah konflik social khususnya keinginan terhadap kekuasaan. Perbedaan ini sebagaimana diamati oleh Jung, adalah merupakan perbedaan cara pandang dalam mengalami dunia luar. Sebagian orang akan memiliki kecenderungan ke dalam (inwardly-oriented), sebagian lagi outwardly. Jung menamai unsur ini sebagai Introversion dan Extraversion.

Sikap introversi mengarahkan pribadi ke pengalaman subyektif, memusatkan diri pada dunia dalam dan privat dimana realita hadir dalam bentuk hasil amatan, cenderung menyendiri, pendiam / tidak ramah bahkan antisosial. Sikap ekstraversi mengarahkan pribadi ke pengalaman obyektif memusatkan perhatian ke dunia luar berfikir mengenai persepsinya, cenderung berinteraksi dengan orang disekitaranya. Aktif, ramah, sangat menaruh perhatian pada lingkungan dan orang lain. Orang yang bersikap terbuka (ektrovert) akan lebih mudah bergaul dengan lingkungannya dibandingkan orang yang bersikap tertutup (introvert). Orang yang psikisnya baik adalah orang yang mampu mengembangkan antara sikap introversi dan ekstraversi karena diantara keduanya terdapat masing-masing kekuatan juga kelemahan. Gabungan sikap dan fungsi ini membentuk tipologi. Jadi Jung pada dasarnya mengembangkan teori dalam paradigma psikoanalisis, gabungan antara konsep sikap dan fungsi yang memakai paradigma tipe. Tipologi Jung dapat diuraikan sebagai berikut:

  1. Introversi – Fikiran: orang yang emosinya datar, mengambil jarak dengan orang lain, cenderung menyenangi ide abstrak menyenangi orang dan benda kongkrit lainnya. Mereka mengembara dengan fikirannya sendiri. Tidak peduli apakah idenya bisa diterima orang lain. Terkesan keras kepala, kurang perhatian, arogan, dan tidak ramah. Kata kuncinya adalah sikap mengambil jarak – intelektual – tidak praktis, tipe kepribadian dari filsuf dan teoritisi.
  2. Ekstraversi – Fikiran : orang yang cenderung tampil seperti tidak kenal orang (impersonal), dingin atau angkuh, menekan fungsi perasaannya, orang yang berprinsip kenyataan obyektif, bukan hanya dirinya tetapi juga mengharap orang lain seperti dirinya. Tidak semua fikiran obyektif bersifat produktif. Kalau sama sekali tidak ada interpretasi individu, yang muncul adalah paparan fakta, tanpa orisinalitas atau kreativitas. Kata kuncinya adalah sifat obyektif – kaku – dingin, tipe kepribadian dari matematikawan, peneliti, ahli mesin, akuntan.
  3. Introversi – Perasaan : orang yang mengalami perasaan emosional yang kuat tetapi menyembunyikan perasaan itu. Orang yang menilai segala hal dengan memakai persepsi – subyektif alih-alih fakta-obyektif, mengabaikan pandangan dan keyakinan tradisional, pendiam, sederhana, tidak dapat diduga. Terkesan memiliki rasa percaya diri dan kehidupan jiwa yang harmonis, tetapi perasaanya tida-tiba bisa hancur oleh badai emosi. Mengabaikan dunia obyektif, membuat orang disekitarnya merasa tidak nyaman, atau bersikap dingin kepadanya. Kata kuncinya adalah sifat pendiam, kekanak-kanakan, tidak acuh, tipe kepribadian dari seniman-pengarang, dan kritikus seni.
  4. Ekstraversi – Perasaan: orang yang perasaannya mudah berubah begitu situasinya berubah. Emosional dan penuh perasaan, tetapi juga senang bergaul dan pamer. Mudah bergaul akrab dalam waktu yang pendek, mudah menyesuaikan diri. Kata kuncinya adalah sifat bersemangat – periang – sosiabel, tipe kepribadian dari aktor, penaksir harga real-estate, politisi, pengacara.
  5. Introversi – Pengindraan: cenderung terbenam dalam sensasi-sensasi jiwanya sendiri, dan memandang dunia sebagai sesuatu yang tidak menarik. Orang yang tampil kalem, bisa mengontrol diri, tetapi juga membosankan. Dia bukan tidak dipengaruhi fakta / kenyataan, tetapi fakta/ kenyataan itu diterima dan dimaknai secara subyektif, yang bisa-bisa tidak ada hubungannya dengan fakta aslinya. Introversi-pengindraan yang ekstrim ditandai dengan oleh halusinasi, bicara yang tidak bisa dipahami, atau esoteris (hanya bisa dipahami orang tertentu saja). Kata kuncinya adalah sifat pasif – kalem – artistik, tipe kepribadian dari pelukis impresionis, pemusik klasik.
  6. Ekstraversi – Pengingdraan : orang yang realistik, praktis, dan keras kepala. Menerima fakta apa adanya tanpa fikiran mendalam. Terkadang mereka juga sensitif, menikmati cinta dan kegairahan. Sensasi tidak dipengaruhi oleh sikap subyektif, mampu membedakan fakta secara rinci. Kata kuncinya adalah sifat realistis – merangsang – menyenangkan, tipe kepribadian dari pekerja kuliner, pencicip anggur, ahli cat, pemusik pop, tetapi juga bisa bisnisman.
  7. Introversi – Intuisi : terisolir dalam dunia gambaran primordial yang mereka sendiri kadang tidak tahu maknanya. Mereka mungkin juga tidak mampu berkomunikasi dengan orang lain secara efektif. Cenderung tidak praktis, memahami fakta secara subyektif. Namun persepsi intuitif sering sangat kuat dan mampu mendorong orang lain mengambil keputusan yang istimewa. Kata kuncinya adalah sifat mistik – pemimpi – unik, tipe kepribadian dari dukun supranatural / peramal nasib, pemeluk agama yang fanatik.
  8. Ekstraversi – Intuisi : orientasinya faktual, tetapi pemahamannya sangat dipengaruhi oleh intuisi, yang mungkin sekali bertentangan dengan fakta itu. Data sensoris justru menjadi sarana untuk menciptakan data baru secara intuitif, untuk memecahkan suatu masalah. Selalumencari dunia baru untuk ditaklukkan. Mereka sangat hebat dalam mendirikan dan mengembangkan usaha baru, tetapi minatnya terus menerus bergerak / berubah. Kata kuncinya adalah sifat efektif – berubah – kreatif, tipe kepribadian dari penanam modal, wiraswastawan, penemu (inventor).

Tipe kepribadian ini akan berpengaruh terhadap perasaan, pikiran dan perilaku seseorang, dan ia akan berada di bawah kendali Ego. Sekalipun Jung memakai istilah Tipologi atau Type, dia tidak bermaksud untuk mengkotak-kotakkan orang sebagaimana banyak kritik menyebutkan tentang teori kepribadian Jung ini. Jung menempatkan tipologi ini sebagai Dimensi (dimension) : setiap orang memilikinya, bagi sebagian orang ia lebih banyak berada di Kesadarannya, sementara bagi sebagian orang lain lebih banyak berada di Bawah Sadarnya. Tendensi psikologis ini merupakan alat Bantu untuk memahami dan menghargai orang lain atau cara-cara mereka berhadapan dan menghadapi dunia (di luar diri) nya.

2.2 Psyche yang Tersembunyi ( The Hidden Psyche )

2.2.1 Alam Bawah Sadar

Bawah Sadar dari Psyche dibentuk atau berisikan banyak hal dan beragam antara orang yang satu dengan yang lainnya, dan dari waktu ke waktu. Isi yang tersembunyi ini sebagian bersifat individual, sebagian lagi kolektif. Isi dari alam Bawah Sadar adalah sangat jauh lebih banyak dan beragam jika dibandingkan dengan isi Kesadaran. Jung membedakan istilah antara Ambang Sadar (Subconscious) dan Bawah Sadar (Unconscious) karena menurutnya di alam Bawah Sadar terdapat banyak kebijaksanaan-kebijaksanaan yang sangat bermutu. Jung menggunakan istilah Ambang Sadar untuk merujuk pada isi alam Bawah Sadar yang sifatnya sementara, Freud menyebut hal ini dengan Preconscious. Jika Freud beranggapan bahwa isi dari Bawah Sadar semuanya adalah bersifat pengalalam-pengalaman individual, Jung mengemukakan bahwa sebagian dari isi Bawah Sadar adalah bersifat kolektif merupakan bagian dari warisan atau peradaban manusia.

2.2.2 Bayangan ( Shadow )

Bayangan merupakan isi psikis yang tidak ingin ditampilkan atau bahkan dihargai oleh seseorang atau individu. Bayangan merupakan bagian dari hidup seseorang namun ia tidak diinginkan untuk muncul karena dianggap lemah, tidak dapat diterima secara social atau bahkan cenderung aneh. Manifestasi dari Bayangan kerap kali bisa jadi merupakan hal yang tidak mengenakkan.

Bayangan akan muncul atau diekspresikan biasanya pada waktu orang berada dalam taraf kecemasan.

Sekalipun Bayangan yang secara natural bersifat tersembunyi, orang dapat juga mengangkatnya ke dalam alam Kesadaran dan menjadi bagian daripada nya. Dalam keadaan yang demikian, Bayangan bersifat mandiri (autonomous) dan bisa mewujud dalam bentuk moods, tersinggung, symptom fisik lainnya, emosi, dan juga perilaku. Sebagaimana Ego dan Persona, isi dari Bayangan adalah bervariasi antara orang satu dengan yang lainnya (bersifat individual). Sekalipun orang lebih sering melihat Bayangan dari sisi negatif, namun sebenarnya ia bisa banyak bermanfaat (positif). Kualitas atau isi Bayangan yang destruktif, aneh (pada saat berada di Bawah Sadar) bisa jadi merupakan hal yang sangat bernilai jika ia dapat diangkat ke dalam Kesadaran. Misalnya Bayangan tentang Marah bisa berubah menjadi Asertif, Ketidakberdayaan (vulnerable) bisa menjadi Empati. Jung menegaskan berulang kali bahwa Bayangan adalah merupakan unsure penting dalam hidup manusia. Bayangan dapat menunjukkan kualitas yang baik seperti misalnya instink normal, reaksi-reaksi (psikologis) yang tepat, realistic insight dan impuls-impuls kreatif. Menurut Jung, disamping isi yang sifatnya individual Bayangan juga berisikan hal-hal yang sifatnya kolektif.

2.2.3 SELF

Self tidak mudah untuk dijelaskan atau digambarkan. Kata yang singkat yang dapat menjelaskan Self adalah Kepribadian Total (total personality) baik Kesadaran maupun Bawah Sadar. Self adalah pusat dari kepribadian. Sebagai totalitas Psyche, Self merupakan gabungan atau jumlah dari seluruh proses, isi dan karakteristik mental baik itu positif maupun negatif, konstruktif maupun destruktif. Isi dari Self ini yang kemudian akan menjadi bagian dari pola pengembangan (kepribadian) seseorang. Sebagaimana Kesadaran akan berhadapan dengan masalah-masalah dan tantangan hidup, Self akan menjadikan Bawah Sadar untuk bisa mendukung atau menyediakan sumberdaya bagi Kesadaran untuk memenuhi tuntutan-tuntutan hidup.

2.2.4 BAWAH SADAR KOLEKTIF ( COLLECTIVE UNCONSCIOUS)

Jung memberikan sumbangan besar dengan mendefinisikan Bawah Sadar Kolektif berikut isinya yang kemudian dikenal sebagai Archetype. Jung menekankan pada aspek ketidaksadaran dengan konsep utamanya Collective unconscious .Konsep ini sifatnya transpersonal, ada pada seluruh manusia. Hal ini dapat dibuktikan melalui struktur otak manusia yang tidak berubah. Collective unconscious/ Bawah sadar terdiri dari jejak ingatan yang diturunkan dari generasi terdahulu, cakupannya sampai pada masa pra-manusia. Misalnya, cinta pada orangtua, takut pada binatang buas,dan lain-lain. Collective unconscious ini menjadi dasar kepribadian manusia karena didalamnya terkandung nilai dan kebijaksanaan yang dianut manusia. Ide-ide yang diturunkan atau primordial images disebut sebagai archetype, yang terbentuk dari pengalaman yang berulang dalam kurun waktu yang lama. Ide-ide yang diturunkan atau primordial images disebut sebagai archetype. Terbentuk dari pengalaman yang berulang dalam kurun waktu yang lama. Ada beberapa archetype mendasar pada manusia, yaitu persona, anima, shadow, self. Archetype inilah yang menjadi isi collective unconsciousness

Konsep tentang Archetype dan Bawah Sadar Kolektif adalah saling berkaitan dan membentuk satu teori. Jung mengembangkan teori ini secara empiris karena ia ngotot bahwa dari pengalaman-pengalaman pribadinya ia menyimpulkan bahwa Bawah Sadar Kolektif itu ada. Ini dijelaskannya melalui Mimpi nya ketika ia dalam perjalanan bersama Freud ke Massachusetts, Amerika Serikat tahun 1909.

Saya ada dalam sebuah rumah. Saya tidak tahu itu rumah siapa, tapi yang pasti ada dua lantai. Saya berada di tingkat atas, dimana ada ruang tamu dengan gaya Barok. Di dindingnya tergantung sejumlah lukisan tua yang mahal. Saya pikir ini pasti rumah saya dan Lumayan juga kelihatannya. Kemudian saya turun ke lantai bawah. Di sini semuanya tampak lebih tua, dan saya menyadari bahwa bagian dari rumah ini pastilah dari abad XV atau XVI. Perabotannya sangat bergaya abad pertengahan (medieval), lantainya dari batu bata merah. Suasananya tampak temaram, cenderung gelap. Saya masuk ke setiap ruang dan berfikir Tampaknya sekarang saya harus meneliti seluruh rumah ini. Saya jumpai pintu kamar yang berat dan kemudian saya masuk ke dalam. Di sana, ada tangga batu yang mengantarkan saya ke ruang bawah tanah. Saya kemudian turun ke sana dan saya jumpai ruang yang berantakan dengan gaya yang sangat kuno. Dindingnya terbuat dari batu dan ada sederetan yang terbuat dari batu bata. Ini pasti dari jaman kerajaan Romawi. Kemudian saya lihat ke lantainya, ia terbuat dari potongan-potongan batu dan di dalam salah satu potongan itu saya temukan sebuah cincin. Ketika saya menariknya, potongan batu itu kemudian terbuka. Dan lagi saya lihat ada tangga batu yang sempit menuju ke bagian yang lebih bawah dari rumah ini. Lalu saya menuruninya dan menjumpai sebuah gua kecil. Debu tebal terdapat di lantainya, dan di antara tebaran debu itu ada tulang belulang dan pecahan keramik seperti peninggalan orang atau jaman primitif. Saya juga menjumpai dua tengkorak manusia, sudah pasti sangat tua dan hampir tidak berbentuk lagi. Kemudian saya bangun (Memories, Dreams, and Reflections, hal. 158-159)[/color]

Jung kemudian menceriterakan mimpinya kepada Freud dan bersama-sama menganalisisnya. Selama tujuh minggu, setiap hari Freud dan Jung saling menganalisis mimpi-mimpi mereka. Ketika Jung berceritera pada Freud tentang mimpinya yang satu ini, Freud menyarankan Jung untuk mengingat kembali tentang harapan-harapan yang ditekannya sebagaimana digambarkan oleh dua tengkorak manusia itu. Tahu bahwa Freud berasumsi bahwa tengkorak mengindikasikan harapan akan kematian mungkin kematian Freud, Jung kemudian mengatakan bahwa itu mungkin isteri dan adik iparnya. Jung melakukan ini karena disamping violent resistance nya terhadap interpretasi (yang dilontarkan oleh Freud), dia juga ragu-ragu terhadap penilaian nya sendiri dan ia sebenarnya ingin dengar langsung dari Freud apa pendapatnya tentang mimpi nya itu.

Pengalaman ini bagaimanapun juga kemudian menyebabkan Jung mulai menyadari ketidaksesuaian antara (gagasan) dirinya dengan Freud. Jung sama sekali tidak bisa mengartikan secara jelas mimpinya itu, tapi ia mengingatnya sebagai sebuah pengalaman yang mengantarkannya kepada adanya unsur kolektif di samping Psyhce yang sifatnya individual. Lima puluh tahun kemudian, Jung mengelaborasikan pengalaman mimpi nya itu

Adalah jelas bagiku sekarang bahwa rumah itu menggambarkan Psyche saya pada tingkat Kesadaran. Kesadaran itu digambarkan sebagai ruang tamu yang memiliki suasana rumah yang berpenghuni, sekalipun disainnya antik.

Lantai bawah menggambarkan tingkat pertama dari Bawah Sadarku. Semakin ke bawah aku pergi, semakin asing dan gelap suasananya. Dalam gua saya jumpai peninggalan dari kultur atau peradaban primitif. Ini adalah dunia primitif yang ada dalam diri saya dunia yang sangat jarang dapat disentuh atau diterangi oleh Kesadaran Mimpi itu menunjukkan bahwa ada hal lain di luar Kesadaran. Sebagaimana saya gambarkan : lantai bawah yang panjang dan tidak berpenghuni baik itu dengan gaya medieval, kerajaan Romawi sampai pada gua pra-sejarah. Ini menggambarkan masa lalu dan juga tahapan-tahapan sebelumnya dari Kesadaran .

Mimpi Jung ini membentuk sebuah diagram structural dari Psyche manusia. Ia mengandung pengalaman impersonal yang mendasari Psyche itu yang bagi saya merupakan jejak-jejak dari bagaimana (psyche) berfungsi Kemudian, sejalan dengan bertambahnya pengalaman dan berdasarkan pada pengetahuan yang lebih reliable, Jung mengenalinya sebagai . Archetype (Memories, Dreams and Reflections hal 160-161)[/color]

Jung menekankan pada aspek ketidaksadaran dengan konsep utamanya Collective unconscious .Konsep ini sifatnya transpersonal, ada pada seluruh manusia. Hal ini dapat dibuktikan melalui struktur otak manusia yang tidak berubah. Collective unconscious/ Bawah sadar terdiri dari jejak ingatan yang diturunkan dari generasi terdahulu, cakupannya sampai pada masa pra-manusia. Misalnya, cinta pada orangtua, takut pada binatang buas,dan lain-lain. Collective unconscious ini menjadi dasar kepribadian manusia karena didalamnya terkandung nilai dan kebijaksanaan yang dianut manusia. Ide-ide yang diturunkan atau primordial images disebut sebagai archetype, yang terbentuk dari pengalaman yang berulang dalam kurun waktu yang lama.

2.3 Analisis Kasus

Berdasarkan cerita tentng tokoh “ aku”, Hamid, Hend dan Tariq yang disadur melalui buku “ Stone in My Hand “ karya Cathryn Clinton, berikut diuraikan penggambaran watak & karakter masing-masing tokoh tersebut :

- Tokoh “ aku “

Digambarkan sebagai sosok perempuan yang tidak banyak bicara, namun sangat jeli dan mendetail dalam mengamati perilaku orang lain, mengenali orang lain dan peristiwa-peristiwa yang terjadi. Tokoh “ aku “ ini lebih berfikir realistis terhadap reaksi yang akan terjadi dari sebuah respon, namun pada hal tertentu tokoh ini juga menggunakan pemikiran subjektifnya sebagai jawaban dari hal-hal yang terjadi di sekitarnya dan tentang dirinya sendiri. Tokoh “ aku “ juga diceritakan mempunyai kebahagiaan / kebanggaan sendiri tentang dirinya di dalam pikiran dan imajinasinya, maka dalam segala kondisi social yang terjadi di lingkungan, kondisi fisik dan di tengah penilaian dari orang lain, tapi dia tetap merasa nyaman dengan segala sesuatu yang ada di dalam dirinya. Empati pada tokoh “ aku “ juga dapat dilihat pada saat dia membantu memapah tokoh “ Farid” yang sedang kesakitan. Faktor anak bungsu yang identik dengan kemanjaan dan ketidakmandirian juga tidak didapati dari tokoh ini. Tokoh “aku” cenderung pasif menanggapi hal yang terjadi di luar dirinya dan terhadap dirinya, dia adalah peneliti yang baik.

- Tokoh Hamid

Digambarkan sebagai seorang Laki-laki yang banyak bicara, membual, berdebat, sombong dan keras kepala. Hamid sering membual bahwa ia telah menjadi shabab (anak muda yang aktif dalam perjuangan). Ia pikir dengan melakukan itu, ia seketika menjadi seorang pejuang cilik dalam intifada. Hamid adalah seorang pemimpi dengan impian yang besar. Menjadi shahab adalah keinginannya, namun kebanggaan berlebihan terhadap keinginannya itu lebih diwujudkan dalam bentuk kalimat- kalimat bualan bukan dengan tindakan nyata. Keinginan untuk menjadi pemberani masih jauh dari dalam dirinya. Bahkan jika berhadapan dengan tokoh yang menjadi lawan pergerakan perjuangan dari Shabab, tokoh Hamid begitu panik hingga empati terhadap Farid sahabatnya yang tengah kesakitan pun hilang. Tokoh ini juga sangat ekspresif mengungkapkan apa yang ada di dalam pikirannya dalam wujud reaksi-reaksi fisik nyata misalnya mengacung-acungkan tinjunya menjadi kepuasan sendiri yang mengarah kepada penunjukan suatu sisi keberanian seorang Hamid.

- Tokoh Hend

Sebagai kakak perempuan, anak tertua dari 3 bersaudara, Hend mempunyai sejumlah harapan & mimpi namun dia cenderung pasif. Pasrah dan tidak melakukan tindakan apapun untuk merealisasikan apa yang ada di pikirannya. Menunggu saat yang tepat hingga semua harapannya terwujud adalah ciri dari tokoh ini. Tentang harapan-harapan tersebut Hend cukup optimis dan yakin bahwa suatu saat Ia akan mendapatkannya, hal ini dibuktikan dengan kalimat “ Lihat saja nanti “ yang menjadi ciri khas Hend. Tokoh Hend adalah seorang yang optimis, namun tidak berinisiatif melakukan hal-hal yang baru, lebih bersikap pasrah dan mengeluh adalah bentuk responnya terhadap apa yang sedang terjadi. Hend juga melabel kedua adiknya sebagai anak-anak yang bodoh, bisa saja terjadi karena hubungan Hend dengan kedua adiknya kurang erat. Di antara Hend dan adiknya kurang terdapat komunikasi yang efektif.

Berdasarkan uraian tersebut maka dapat disimpulkan berdasarkan Tipologi Jung yang menggabungkn beberapa sikap & fungsi,

Tokoh “ aku” adalah seorang Introvert yang didominasi oleh Penginderaan ( Introversi-Penginderaan)

Tokoh Hamid adalah seorang Ekstravert yang didominasi oleh Pikiran ( Ekstraversi – Pikiran)

Tokoh Hend adalah seseorang Ekstravert yang didominasi oleh Penginderaan(Ekstraversi – Penginderaan)

n Sumber :

  1. Feist J & Feist, G.J.2006.Theories of Personality. New York : Mc.Graw Hill
  2. Kartini, Kartono DR.1996. Psikologi Umum. Penerbit : CV. Maju. Bandung
  3. Alwisol, 2005. PsikoLogi Kepribadian.Malang : UMM Press

Sumber Lain :

-http://forum.psikologi.ugm.ac.id/index.php?topic=

-http://rumahbelajarpsikologi.com

makan

kdjfksdk